Eksistensi Seni & Budaya, “nuranilah yang bisa memaknai”.


Eksistensi budaya memiliki konstribusi dalam bentuk identitas, peradaban dan sejarah manusia. Hal senada juga terungkap dalam torehan budaya Yunani yang terekam oleh perjalanan sejarah dan kita ulas sampai pada detik ini.



Dapat dilihat, bagaimana peran budaya dalam membentuk peradaban yang tatkala itu menjadi sasaran kajian, parameter budaya tinggi, bahkan menjadi sentral kultur dunia.

Historis budaya Yunani tersebut tertuang dalam mediasi yang berbeda-beda, mulai dari kreatifitas yang estetik sampai dengan moralitas yang menjunjung tinggi martabat. Senyatanya, tidak jarang kita menemukan budaya yang monumental yang sampai sekarang diakui didunia akan nilai estetiknya.

Dalam perjalanannya, karya kreatif yang menjunjung tinggi nilai imajinasi dan estetik tersebut ter-ejawantahkan menjadi “art”. Karya seni adalah perwakilan dari makna kehidupan dan hanyalah sebuah coretan manis dalam perjalanan manusia. Untuk lebih memaknai hasil karya seni, kita perlu kembali pada zaman fitrah yaitu dengan mengucapkan “nuranilah yang bisa memaknai”.

Dalam perkembangan dunia seni sekarang ini, karya seni hanya sebagai mediator keindahan. Lalu adakah yang lebih termaknai darinya hingga seorang seniman hanya biasa duduk lebih dekat dengan kemanusiaannya. Sedangkan karya dalam dunia seni dikemas dalam bentuk yang bermacam-macam. Tercakup di dalamnya adalah karya sastra, tari, musik, lukis, teater dan lain sebagainya. Agar karya tersebut menjadi lebih indah dan terjiwai, seorang seniman membuahkan karyanya dengan kejujuran jiwanya.

Persoalannya tidak mudah membagikan ataupun mentransformasikan art itu pada makhluk yang mendiami kosmos ini. Karena art itu sendiri telah dibuat menjadi semacam “lemper” oleh hamba-hambanya yang kapitalis. Tidak hanya art secara umum, nilai tradisi yang selama ini dianggap sakral oleh masyarakat, tetap saja dianggap komoditas olehnya. Art menjadi barang dagangan, yang hanya uang bisa memperolehnya. Padahal, art merupakan nafas kehidupan itu sendiri.

Hilangnya art dari denyut nadi berarti orang tersebut telah mati, maka tidak heran jika salah satu penyakit orang modern yang sulit dicari obatnya adalah kehilangan makna hidup ditengah materi yang melimpah. Maka kita berkewajiban mengingatkan dan menggugahnya bi al-hal atau bi al-lisan melalui sebuah karya.

0 comments:

Post a Comment