Theater; Smart Personity


Teater itu  bukan berangkat hanya dari secara kolektiv art. Namun,  faktanya di zaman modern yang serba instan ini kebanyakan berangkat dari disiplin kolektiv art. Ketika yang sudah bertahun-tahun berkecimpung dalam dunia teater, apakah masih pantas jika berproses teater menunggu kesepakatan jadwal antara anggota satu dengan anggota yang lain, ini teater, bukan film.

Memang betul, meskipun dalam dunia teater itu minim dana atau lebih spesifiknya bisa dikatakan teater miskin, tapi setidaknya emosional berteater itu dibangun secara personity art untuk menjadi kolektiv art yang selaras dan sejalan ideologinya dengan teman-teman teaternya.

Coba kita lihat dulu dalam dunia teater di ruang akademisi (kampus) yang basic kampusnya bukan teater. Kebanyakan pelaku teater di ruang ini, masih mengalami kesulitan menyelaraskan antara ruang akademisnya, maksudnya yaitu kebanyakan dari mereka tidak bisa membagi waktu antara kuliah dan proses latihan teater, yang notabene menyampingkan salah satunya.


Kalau dipikir-pikir, seumpama mereka bisa mengkombinasikan antara kedua proses tersebut, merekalah yang perlu disorot yang kaya akan referensi dan mentalitas proses implementasi teaternya itu layak digunakan untuk  berproses dalam dunia akademisnya. Inilah yang patut disebut smart personity. Dalam arti, mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya tanpa memandang siapapun mereka. Semuanya sama, sama-sama manusia.

Sedangkan dilihat dari kacamata teman-temannya (bukan basic teater), bahwa seorang yang berbasic teater seringkali disebut orang yang berwajah ganda, bahkan muka topeng, alias mereka mampu merubah mimik wajahnya dengan spontan menurut apa yang dia kehendaki, karena dia bisa mengolah rasa dan jiwanya.

0 comments:

Post a Comment