Tony Waluyo Sukmoasih atau populer dengan nama Tony Q atau Tony Q rastafara, dikenal sebagai ikon musik reggae di Indonesia. dia bersama grup musiknya Rastafara mengenalkan istilah “rambut gimbal” (gaya rambut dreadlock) di indonesia lewat lagu dengan judul yang sama tahun 1996. Pria kelahiran di semarang, jawa tengah, 27 april 1961 ini menggabungkan musik reggae dengan unsur instrumen tradisional Indonesia. Misalnya lagu dengan lirik bahasa sunda ‘paris van java’ dan jawa ‘ngajogjakarta’. Dedy Sofan dan fotografer Andry Novelino dari Male mewawancarai tony di sebuah studio musik di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Berikut petikan wawancaranya. MALE No. 023 • 5 - 11 APRIL 2013

REPRESIF adalah singkatan dari Representasi Filosofis yang artinya;

Secara Etimologi adalah kata imbuhan Re; sekali lagi; kembali: reformasi; belakang; ke arah belakang: regresi. Kemudian Presentasi: pemberian (tt hadiah); pengucapan pidato (pd penerimaan suatu jabatan); perkenalan (tt seseorang kpd seseorang, biasanya kedudukannya lebih tinggi); penyajian atau pertunjukan (tt sandiwara, film, dsb) kpd orang-orang yg diundang; mem·pre·sen·ta·si·kan v menyajikan; mengemukakan (dl diskusi dsb). Sedangkan Filosofis adalah berdasarkan filsafat.

Sedangkan secara terminologi yaitu mengemukakan kembali tentang konsepsi etika, estetika dan logika berdasarkan filsafat.

Usut diusut, ditengah keriuhan sekaligus kericuhan dunia global, ternyata mengusung semangat mengacak tiga sendi kehidupan bangsa, yaitu; (1) Etika, (2) Estetika dan (3) Logika. Sekalipun ketiga sendi tersebut telah bersemi selama berabad-abad secara indigenous, pelan tapi pasti mengalami gerusan nilai yang diusung oleh dunia luar -global-.

Lebih jauh, kreasi global ini menyulap mentalitas aktivis, menghilangkan identitas diri sebagai bagian dari bangsa yang memiliki tiga sendi diatas. Menanggalkannya dalam tempo yang tak terbatas. Aktivis bukan lagi menjadi subyek bebas berkarya dan bergerak, melainkan dipasung oleh sekian kepentingan, dikepung oleh arogansi kekuasaan. Bahkan dihadapan kekuasaan, aktivis tertunduk sambil memegang kemaluannya sebagai simbol kepatuhan. Aktivis bukan lagi sebagai generasi manusia, yang kalau dirunut, aktivis adalah generasi pasca kenabian, melainkan sebagai manusia yang tunduk oleh kuasa sebagai imbalan atas proyek tertentu.
----
Kami ter-atas-namakan REPRESIF, yang dibentuk oleh pada tahun 2011 pasca Pelatihan Kader Dasar 2011 di Pondok Darul 'Ilmy Pandaan, Kab. Pasuruan. yang arti singkatnya yaitu kumpulan orang-orang yang belum merdeka atau tertekan oleh bentuk kekuasaan dominan yang memperjuangkan keseimbangan, agar suatu system stabil.
Chapter 1
The Coming of Islam
The spread of Islam is one of the most significant processes of Indonesian history, but also one of the most obscure. Muslim traders had apparently been present in some parts  of Indonesia for several centuries before Islam became established within the local communities. When, why and how the conversion of Indonesians began has been debated by several scholars, but no definite conclusions have been possible because the records of Islamisation that survive are so few, and often so uninformative. In general, two processes probably occurred. On the one hand, indigenous Indonesians came into contact with Islam and made an act of conversion. On the other, foreign Asians (Arabs, Indians, Chinese, and so on) who were already Muslims settled permanently in an Indonesian area, intermarried and adopted local lifestyles to such a degree that in effect they became Javanese or Malay or whatever. These two processes may often have occurred in conjunction with each other, and when a piece of evidence survives indicating, for instance, that a Muslim dynasty had been established in some area, it is often impossible to know which of these two processes was the more important.

Teater itu  bukan berangkat hanya dari secara kolektiv art. Namun,  faktanya di zaman modern yang serba instan ini kebanyakan berangkat dari disiplin kolektiv art. Ketika yang sudah bertahun-tahun berkecimpung dalam dunia teater, apakah masih pantas jika berproses teater menunggu kesepakatan jadwal antara anggota satu dengan anggota yang lain, ini teater, bukan film.

Memang betul, meskipun dalam dunia teater itu minim dana atau lebih spesifiknya bisa dikatakan teater miskin, tapi setidaknya emosional berteater itu dibangun secara personity art untuk menjadi kolektiv art yang selaras dan sejalan ideologinya dengan teman-teman teaternya.

Coba kita lihat dulu dalam dunia teater di ruang akademisi (kampus) yang basic kampusnya bukan teater. Kebanyakan pelaku teater di ruang ini, masih mengalami kesulitan menyelaraskan antara ruang akademisnya, maksudnya yaitu kebanyakan dari mereka tidak bisa membagi waktu antara kuliah dan proses latihan teater, yang notabene menyampingkan salah satunya.


Eksistensi budaya memiliki konstribusi dalam bentuk identitas, peradaban dan sejarah manusia. Hal senada juga terungkap dalam torehan budaya Yunani yang terekam oleh perjalanan sejarah dan kita ulas sampai pada detik ini.



Dapat dilihat, bagaimana peran budaya dalam membentuk peradaban yang tatkala itu menjadi sasaran kajian, parameter budaya tinggi, bahkan menjadi sentral kultur dunia.

Historis budaya Yunani tersebut tertuang dalam mediasi yang berbeda-beda, mulai dari kreatifitas yang estetik sampai dengan moralitas yang menjunjung tinggi martabat. Senyatanya, tidak jarang kita menemukan budaya yang monumental yang sampai sekarang diakui didunia akan nilai estetiknya.

Dalam perjalanannya, karya kreatif yang menjunjung tinggi nilai imajinasi dan estetik tersebut ter-ejawantahkan menjadi “art”. Karya seni adalah perwakilan dari makna kehidupan dan hanyalah sebuah coretan manis dalam perjalanan manusia. Untuk lebih memaknai hasil karya seni, kita perlu kembali pada zaman fitrah yaitu dengan mengucapkan “nuranilah yang bisa memaknai”.

Dalam perkembangan dunia seni sekarang ini, karya seni hanya sebagai mediator keindahan. Lalu adakah yang lebih termaknai darinya hingga seorang seniman hanya biasa duduk lebih dekat dengan kemanusiaannya. Sedangkan karya dalam dunia seni dikemas dalam bentuk yang bermacam-macam. Tercakup di dalamnya adalah karya sastra, tari, musik, lukis, teater dan lain sebagainya. Agar karya tersebut menjadi lebih indah dan terjiwai, seorang seniman membuahkan karyanya dengan kejujuran jiwanya.

Persoalannya tidak mudah membagikan ataupun mentransformasikan art itu pada makhluk yang mendiami kosmos ini. Karena art itu sendiri telah dibuat menjadi semacam “lemper” oleh hamba-hambanya yang kapitalis. Tidak hanya art secara umum, nilai tradisi yang selama ini dianggap sakral oleh masyarakat, tetap saja dianggap komoditas olehnya. Art menjadi barang dagangan, yang hanya uang bisa memperolehnya. Padahal, art merupakan nafas kehidupan itu sendiri.

Hilangnya art dari denyut nadi berarti orang tersebut telah mati, maka tidak heran jika salah satu penyakit orang modern yang sulit dicari obatnya adalah kehilangan makna hidup ditengah materi yang melimpah. Maka kita berkewajiban mengingatkan dan menggugahnya bi al-hal atau bi al-lisan melalui sebuah karya.